Ini mengenai salah satu kekayaan
tradisi di tanah air tercinta kita ini. Meski mengetahui hal tersebut tetap
saja logika ku tidak dapat menerima secara terbuka. Yah... tradisi menaruh
makanan atau sesajen di rumah bagi mereka yang baru saja mengalami musibah
kematian atas salah satu anggota keluarga. Sebuah nampan besar berisi makanan
lengkap dengan lauk pauk dan sayur mayurnya. Bisa di katakan nampan tersebut
berisi makanan yang cukup mewah karena berisi makanan yang biasa kita temui
pada jamuan makan acara adat pernikahan suku Mandar. Makanan tersebut selalu di
letakkan di ruang tempat almarhum pernah di shalatkan. Kadang juga di
letakkan di tengah ruangan dalam rumah yang orang Mandar menyebutnya dengan
istilah Posi' Arriang. Apabila di terjemahkan secara harfiah yang berarti Pusat
Tiang atau pusat tengah dari rumah tersebut.
Haa…ha..
saya mendapat ceramah bahkan omelan setiap kali menanyakan hal tersebut. Keinginanku
untuk menentang tradisi itu begitu kuat saat salah satu anggota keluargaku
meninggal. Hal yang sama di lakukan oleh orangtua, tante, dan sanak family yang
hadir di rumah. Konon katanya sesajen tersebut di sediakan untuk keluarga yang
baru saja meninggal. Arwahnya masih
tinggal di rumah sampai 40 hari setelah almarhum meninggal. Itupun harus
mengadakan upacara adat kematian di hari ke 3, 7, 14 dan hari – hari ganjil hingga
sampai pada hari ke 40. dan akan di akhiri dengan Upaca pelepasan sesajen ke laut lepas saat hari ke 100. Untuk mereka yang mampu menyembelih hewan ternak akan
melakukannya. Dan memang seperti itu. Faham Animisme di tempatku memang masih sangat kental. Terlebih kepada orangtua dan tokoh masyarakat yang cukup
memiliki andil dalam upacara tersebut.
![]() | |||||
Tokoh masyarakat sedang melakukan prosesi upacara pelepasan sesajen di pinggir pantai |